Penantian panjang selama satu dekade akhirnya mulai menemui titik terang yang pasti setelah induk perusahaan Rockstar Games, Take-Two Interactive, mempersempit jendela peluncuran untuk proyek ambisius mereka. Grand Theft Auto VI atau GTA 6 dipastikan akan mendarat di tangan para pemain pada musim gugur tahun 2025 (September-Desember). Kepastian ini sekaligus mematahkan berbagai spekulasi liar yang sempat beredar mengenai kemungkinan penundaan hingga tahun 2026, meskipun dalam industri gim skala besar perubahan jadwal masih menjadi variabel yang mungkin terjadi.
Fokus utama dari instalasi terbaru ini adalah kembalinya pemain ke jalanan Vice City yang kini menjadi bagian dari negara bagian fiktif bernama Leonida. Rockstar tidak sekadar mendaur ulang peta lama, melainkan menjanjikan evolusi terbesar dan paling imersif yang pernah mereka ciptakan. Leonida dirancang sebagai representasi satir dari Florida modern, lengkap dengan ekosistem yang hidup, mulai dari rawa-rawa yang dipenuhi buaya hingga hiruk-pikuk kehidupan malam yang diterangi lampu neon. Cuplikan perdana yang telah dirilis memperlihatkan betapa padatnya simulasi kehidupan di sana, menonjolkan pengaruh budaya media sosial yang sangat kental dalam interaksi para NPC atau karakter non-pemain.
Narasi permainan kali ini akan berpusat pada dinamika dua karakter utama yang sering diasosiasikan dengan kisah kriminal legendaris Bonnie dan Clyde. Lucia, yang telah dikonfirmasi melalui trailer perdana, akan menjadi protagonis wanita pertama di era modern seri ini. Ia terlihat menjalin hubungan yang rumit dengan karakter laki-laki yang berdasarkan bocoran besar-besaran sebelumnya bernama Jason. Hubungan keduanya tampaknya dibangun di atas rasa saling percaya di tengah kekacauan dunia kriminal, sebuah tema yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan satir sinis yang dibawakan oleh tiga protagonis di seri sebelumnya.
Bagi para pengguna komputer pribadi atau PC, kabar ini membawa sedikit kekecewaan karena Rockstar mempertahankan tradisi rilis bertahap mereka. Gim ini akan meluncur secara eksklusif terlebih dahulu untuk konsol generasi terbaru, yakni PlayStation 5 dan Xbox Series X/S. Sejarah mencatat bahwa versi PC dari judul-judul besar Rockstar biasanya hadir setahun atau lebih setelah peluncuran konsol, sebuah strategi yang tampaknya masih dianggap efektif untuk memaksimalkan penjualan di setiap platform.
Isu mengenai harga jual juga menjadi topik panas di kalangan pengamat industri. Meskipun sempat beredar rumor tidak berdasar yang menyebutkan harga gim ini bisa melambung drastis karena biaya produksi yang masif, CEO Take-Two Strauss Zelnick memberikan indikasi yang lebih rasional. Ia menekankan bahwa penilaian harga didasarkan pada nilai yang diterima konsumen. Hingga saat ini, standar harga untuk gim blockbuster di konsol generasi terkini berada di angka sekitar Rp1,1 juta (70 dolar AS). Kecil kemungkinan penerbit akan mengambil risiko dengan mematok harga dasar yang jauh di atas standar pasar tersebut untuk edisi standar, kecuali untuk edisi kolektor yang memang menargetkan segmen penggemar fanatik.
Bocoran data masif yang terjadi pada tahun 2022, yang sempat mengguncang industri, kini justru menjadi bukti otentik dari visi besar yang sedang dibangun. Ratusan video pengembangan awal yang bocor kala itu telah dikonfirmasi keasliannya oleh pengembang, memperlihatkan mekanisme perampokan, interaksi polisi yang lebih cerdas, dan detail visual yang memukau. Kini, publik hanya tinggal menunggu bagaimana Rockstar meramu semua elemen tersebut menjadi sebuah pengalaman utuh yang siap mendefinisikan ulang standar Open World Gaming.
