Gelap di Dunia Roblox Gugatan Hukum Menjerat Platform Raksasa Atas Tuduhan Eksploitasi Anak

by -10 Views

Platform gaming daring populer, Roblox, yang selama ini dikenal sebagai ruang bermain digital ramah anak, kini berada di pusat badai hukum serius. Serangkaian gugatan hukum dari puluhan keluarga dan beberapa Jaksa Agung negara bagian di Amerika Serikat menuduh perusahaan tersebut secara sadar membiarkan predator seksual mengeksploitasi anak-anak di dalam platformnya, menciptakan apa yang disebut oleh seorang jaksa sebagai “taman bermain bagi predator”.

Alih-alih menjadi ruang aman untuk berkreasi, Roblox dituduh gagal melindungi pengguna belia mereka dari bahaya nyata. Berbagai laporan dan dokumen pengadilan melukiskan gambaran suram tentang bagaimana predator beroperasi, seringkali dengan pola yang berulang dan mengkhawatirkan.

Modus Operandi Predator di Jagat Maya

Menurut kesaksian keluarga dan isi gugatan, para predator ini menyamar sebagai teman sebaya untuk mendapatkan kepercayaan anak-anak. Mereka sering menggunakan mata uang virtual dalam game, yang dikenal sebagai Robux, atau kartu hadiah sebagai umpan untuk memikat korban.

Salah satu kasus yang menjadi sorotan media melibatkan seorang ayah bernama Steven. Ia menuturkan bagaimana putranya yang berusia 13 tahun, meskipun berada di bawah pengawasan orang tua dengan fitur kontrol yang tersedia, tetap menjadi sasaran. Seorang predator yang menyamar sebagai remaja berhasil menjalin pertemanan dengan putranya. Bujuk rayu dimulai dengan tawaran Robux, yang kemudian bereskalasi menjadi permintaan foto-foto eksplisit.

Ketika sang anak menolak memberikan alamat rumah, predator tersebut menggunakan foto-foto yang telah didapat untuk memeras dan mengancam akan menyebarkannya kepada keluarga. Insiden ini, yang terjadi pada Juli 2024, membuat sang anak mengalami depresi berat dan PTSD, mendorong keluarga tersebut untuk pindah rumah demi memulai hidup baru.

Kasus ini bukan satu-satunya. Pola yang serupa terjadi di banyak negara bagian, termasuk North Carolina dan Michigan. Predator memanfaatkan fitur obrolan dalam game untuk membangun kepercayaan sebelum memindahkan percakapan ke platform pihak ketiga seperti Discord atau Snapchat, di mana moderasi konten lebih sulit dilacak oleh Roblox.

Gelombang Gugatan Hukum Meluas

Tindakan hukum ini tidak hanya datang dari keluarga korban. Jaksa Agung dari negara bagian seperti Kentucky, Louisiana, dan Florida telah melancarkan gugatan hukum resmi terhadap Roblox Corporation. Jaksa Agung Kentucky, Russell Coleman, secara terbuka menuduh Roblox telah mengabaikan krisis ini selama bertahun-tahun demi terus meraup keuntungan.

“Tanggung jawab kami adalah melindungi anak-anak Kentucky dari eksploitasi daring oleh para predator ini dan perusahaan seperti Roblox yang secara sadar memfasilitasinya,” ujar Coleman dalam sebuah pernyataan tegas.

Gugatan yang diajukan di Guilford County, North Carolina, atas nama seorang anak perempuan berusia 10 tahun, menyoroti tuduhan serupa. Korban diduga didekati oleh predator pada usia 10 tahun setelah bermain Roblox sejak usia 6 tahun. Gugatan tersebut menuntut ganti rugi kompensasi dan hukuman yang jumlahnya disebut melebihi 25.000 Dolar AS, atau setara dengan lebih dari 418 juta Rupiah.

Kegagalan Sistemik yang Dituduhkan

Para penggugat menuding Roblox gagal dalam beberapa aspek fundamental keselamatan. Salah satu kegagalan utama yang ditekankan adalah kurangnya verifikasi usia yang efektif. Hal ini memungkinkan orang dewasa dengan mudah menyamar sebagai anak-anak.

Selain itu, gugatan menyoroti lemahnya moderasi pada fitur obrolan dan adanya konten buatan pengguna (UGC) yang eksplisit secara seksual. Beberapa di antaranya dikenal sebagai “condo games”, yaitu ruang virtual di dalam Roblox yang mensimulasikan aktivitas seksual. Meskipun Roblox mengklaim telah menghapus konten semacam itu, penyelidikan menemukan bahwa konten tersebut masih mudah diakses oleh anak-anak.

Inti dari semua gugatan ini adalah klaim bahwa Roblox tahu tentang risiko ini—melalui laporan internal dan banyaknya kasus yang terdokumentasi—namun memilih untuk tidak menerapkan langkah-langkah keamanan yang memadai karena khawatir hal itu akan menghambat pertumbuhan pengguna dan profitabilitas perusahaan.

Pembelaan Korporasi

Menanggapi gelombang tuntutan ini, Roblox tidak tinggal diam. Matt Kaufman, Chief Safety Officer Roblox, menyatakan bahwa perusahaan menangani setiap kasus kerugian dengan sangat serius. Ia menepis tuduhan dalam gugatan tersebut, menyebutnya sebagai informasi yang “sensasional, usang, dan di luar konteks”.

Kaufman menegaskan bahwa Roblox telah meluncurkan lebih dari 100 fitur keamanan baru sepanjang tahun ini, termasuk estimasi usia dan pemantauan obrolan yang ditingkatkan. Ia juga menambahkan bahwa perusahaan secara proaktif telah melaporkan 23.000 insiden konten yang berpotensi berbahaya ke Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC) sepanjang tahun ini.

Meskipun Roblox bersikeras pada komitmennya terhadap keselamatan, pertempuran hukum ini baru saja dimulai. Hasil dari gugatan-gugatan ini dapat menjadi preseden penting yang tidak hanya menentukan masa depan Roblox, tetapi juga menetapkan standar tanggung jawab bagi semua platform digital yang melayani jutaan anak di seluruh dunia.

author avatar
kuningmedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.