Kereta dengan kabin privat yang dulu identik dengan sebutan kereta sultan ternyata tidak sepi peminat. Data internal PT Kereta Api Indonesia (KAI) menunjukkan layanan Suite Class Compartment terus menarik penumpang sejak diluncurkan pada Oktober 2023. Pertanyaannya, apakah layanan super premium ini hanya jadi mainan kelas sangat atas, atau sudah mulai masuk ke perencanaan budget sebagian orang Indonesia yang rela merogoh kocek lebih untuk pengalaman berbeda di atas rel.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, KAI mencatat 11.465 penumpang telah memilih bepergian dengan Suite Class Compartment. Lonjakan terbesar terjadi pada April dengan sekitar 2.450 pelanggan, didorong momentum libur panjang Lebaran dan deret akhir pekan panjang yang membuat perjalanan jarak jauh lewat jalur darat kembali seksi. Angka ini menggambarkan bahwa layanan tersebut bukan sekadar coba-coba sesaat, tetapi mulai punya basis pengguna yang berulang.
Tren ini berlanjut di paruh berikutnya. Dalam periode Januari hingga Juli 2025, jumlah pelanggan Suite Class Compartment menembus lebih dari 20 ribu penumpang dengan pertumbuhan sekitar 27 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan dua digit di segmen paling mahal jaringan kereta api nasional ini memberi sinyal jelas bahwa ada ceruk pasar yang rela membayar lebih demi kenyamanan, privasi, dan pengalaman perjalanan yang tidak mereka dapatkan di kelas reguler.
Secara produk, KAI memang merancang Suite Class Compartment sebagai kelas tertinggi di jajaran kereta penumpang. Dalam satu rangkaian hanya tersedia sekitar 16 ruang privat dengan pintu geser otomatis, kursi besar yang bisa direbahkan hingga posisi tidur datar, lengkap dengan fitur pijat, pengaturan kehangatan, dan meja kerja lipat. Di depan kursi, penumpang mendapatkan layar hiburan pribadi, akses listrik, serta layanan makan lengkap yang diantar ke kabin. Desain interiornya bernuansa coklat keemasan dengan pencahayaan temaram, membuat pengalaman perjalanan lebih mirip kamar hotel sempit yang bergerak daripada gerbong kereta konvensional.

Kelas ini pada awal peluncuran ditawarkan dengan tarif promo sekitar Rp1,95 juta per penumpang untuk relasi Jakarta Surabaya. Tarif reguler yang beredar belakangan bergerak di kisaran sekitar dua jutaan rupiah per sekali jalan, tergantung tanggal dan tren permintaan. Di atas kertas, angka itu jelas tidak murah. Namun bagi segmen yang selama ini nyaman membayar tiket pesawat kelas bisnis, atau terbiasa mengeluarkan dana jutaan rupiah untuk konser dan staycation, tarif Suite Class Compartment mulai terlihat sebagai alternatif wajar, apalagi perjalanan ditempuh sambil bisa tidur dengan nyaman dan tetap produktif bekerja.
Dari sisi rute, Suite Class Compartment kini dikaitkan dengan sejumlah kereta jarak jauh yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Layanan ini hadir di KA Argo Semeru, KA Bima, Argo Anjasmoro, dan kemudian diperluas ke Argo Bromo Anggrek. Artinya, yang disasar bukan hanya pelancong kasual, tetapi juga penumpang bisnis yang rutin bolak balik dua kota pusat ekonomi tersebut. Banyak di antara mereka yang sebelumnya penumpang eksekutif atau luxury lalu memutuskan sesekali meng-upgrade ke kabin privat ketika jadwal padat menuntut mereka tetap bisa rapat daring atau menyelesaikan pekerjaan selama perjalanan.

KAI sendiri secara terbuka menyebut Suite Class Compartment dirancang untuk menggaet kalangan ekonomi menengah atas. Namun, pola konsumsi masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan batas antara kelas menengah mapan dan kelas atas mulai mengabur, terutama ketika menyangkut pengeluaran untuk pengalaman. Skema cicilan, paylater, hingga promo potongan harga berkala membuat tiket bernilai jutaan tidak lagi eksklusif dimiliki segelintir orang saja. Sesekali naik Suite Class menjadi bagian dari bucket list banyak orang, mirip keinginan sekali seumur hidup mencoba kelas bisnis pesawat.
Di sisi lain, angka jutaan rupiah per sekali jalan tetap jauh di atas kemampuan mayoritas pekerja yang hidup dengan gaji setara upah minimum di kota besar. Untuk kelompok ini, Suite Class Compartment masih lebih sering tampil sebagai konten media sosial atau target jangka panjang, bukan moda transportasi rutin. Fakta bahwa penumpang layanan ini baru puluhan ribu orang per tahun dibanding ratusan juta penumpang kereta secara nasional menunjukkan bahwa posisi Suite Class masih jelas sebagai niche premium.
Namun jika dilihat dari strategi korporasi, langkah KAI mengembangkan Suite Class Compartment cukup logis. Segmen massal tetap digarap lewat ekonomi dan eksekutif, sementara potensi margin tebal di kelas atas dimaksimalkan lewat gerbong premium dengan jumlah kursi terbatas. Selama tarif bisa dijaga stabil, kualitas layanan konsisten, dan promosi sesekali tetap digelontorkan, Suite Class Compartment berpeluang terus berada dalam jangkauan budget sebagian orang Indonesia yang sengaja menyisihkan dana lebih, bukan sekadar untuk berpindah kota, tetapi untuk membeli pengalaman perjalanan yang mereka anggap sepadan.







