Mau Beli Mobil Bekas? Terutama EV Cek Dulu Cara Benar Untuk Memilihnya

by -14 Views
Tips-Membeli-Mobil-Bekas

Pasar mobil bekas di tahun 2025 menyajikan dua wajah yang bertolak belakang bagi konsumen. Di satu sisi, terdapat penawaran harga yang sangat menggiurkan akibat depresiasi aset kendaraan listrik dan obral unit bermasalah. Namun di sisi lain, ancaman legalitas dan bom waktu kerusakan teknis siap meledakkan isi dompet pembeli yang lengah. Fenomena paling meresahkan yang kini menjamur di kalangan pedagang nakal adalah peredaran unit dengan status Matel On atau Mata Elang On.

Istilah ini merujuk pada kendaraan yang dijual dengan harga jauh di bawah pasar karena status kreditnya yang macet dan masih dalam pengawasan penagih utang atau debt collector. Sepintas, unit ini terlihat seperti jackpot bagi pemburu harga murah karena seringkali merupakan mobil tahun muda dengan kondisi fisik prima. Namun, realitas di lapangannya jauh lebih mengerikan. Pembeli unit semacam ini biasanya hanya mendapatkan STNK tanpa BPKB, membuat posisi hukum mereka sangat lemah. Risiko penyitaan paksa di jalan raya oleh pihak leasing hingga jeratan hukum pidana sebagai penadah barang curian menjadi bayang-bayang nyata yang tidak sebanding dengan selisih harga yang didapat.

Di segmen yang lebih legal namun tetap berisiko, pasar kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) bekas mengalami guncangan harga yang drastis. Depresiasi nilai jual kembali mobil listrik kini tercatat lebih tajam dibandingkan mobil konvensional. Sebagai gambaran, sebuah Hyundai Ioniq 5 lansiran 2022 yang dulunya berharga tinggi, kini bisa ditemukan di pasar bekas dengan harga kisaran Rp 318.000.000 (mengacu pada kurs Rp 15.900 per dolar). Penurunan nilai aset yang bisa mencapai 50 persen dalam tiga tahun ini memang menjadi surga bagi pembeli kedua, namun menyimpan potensi kerugian jangka panjang.

Ancaman utama pada EV bekas bukan lagi pada mesin, melainkan degradasi baterai atau State of Health. Mobil listrik generasi awal seringkali memiliki kecepatan pengisian daya yang lambat, hanya berkisar 50 hingga 70 kW, yang terasa sangat tertinggal dibandingkan standar stasiun pengisian daya modern. Meskipun biaya operasional tahunan mobil listrik jauh lebih hemat, yakni sekitar Rp 15.900.000 dibandingkan mobil bensin yang bisa mencapai Rp 39.750.000, biaya penggantian baterai yang rusak bisa menghapus seluruh penghematan tersebut dalam sekejap.

Untuk menavigasi “hutan rimba” pasar mobil bekas yang penuh ranjau ini, ketelitian ekstra menjadi harga mati. Jangan pernah tergiur dengan tampilan luar yang kinclong atau odometer rendah yang seringkali sudah dimanipulasi. Pengecekan fisik harus mencakup deteksi bekas banjir, seperti adanya endapan lumpur di balik karpet atau baut-baut yang sudah karatan tidak wajar. Melakukan test drive minimal 15 hingga 30 menit sangat krusial untuk merasakan respons transmisi dan kaki-kaki mobil.

Langkah pamungkas yang tidak boleh ditawar adalah verifikasi dokumen. Pastikan nomor rangka dan mesin sesuai dengan BPKB dan STNK. Hindari transaksi jika penjual berdalih BPKB masih dalam proses atau menawarkan unit “STNK Only” dengan harga miring. Dalam ekosistem pasar otomotif saat ini, membandingkan harga pasar melalui berbagai platform dan membawa mekanik independen bukan lagi sekadar opsi, melainkan prosedur wajib agar tidak menjadi korban penipuan sindikat Matel maupun kerugian akibat cacat tersembunyi pada kendaraan listrik.

author avatar
kuningmedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.