Dunia otomotif Indonesia sedang mengalami fenomena harga yang cukup aneh namun menguntungkan bagi pemburu gengsi. Berdasarkan penelusuran pasar terbaru, definisi “tampil kaya” kini tidak lagi harus ditebus dengan miliaran rupiah. Terdapat dua kubu ekstrem di pasar mobil bekas saat ini: barisan sedan premium lawas yang harganya terjun bebas hingga setara motor skutik bongsor, dan lini sedan modern kompak di angka Rp 300 jutaan yang menawarkan kecanggihan teknologi tanpa drama perawatan.

Bagi mereka yang ingin mencicipi rasanya menjadi “sultan” dengan anggaran terbatas, pasar mobil bekas di rentang harga Rp 60 jutaan hingga di bawah Rp 100 juta kini dipenuhi oleh nama-nama besar yang dulunya hanya parkir di lobi hotel bintang lima. Primadona di segmen ini adalah Toyota Camry (generasi XV30 tahun 2004) dan Honda Accord (kode sasis CM5). Kedua mobil ini masih menyisakan aura “pejabat” yang kental dengan kabin kedap suara dan bantingan suspensi yang sangat empuk. Di sisi Eropa, BMW Seri 3 E46 dan Mercedes-Benz C-Class W203 menjadi tiket termurah untuk mendapatkan lencana bergengsi Jerman, memberikan impresi status sosial yang instan di jalan raya.
Namun, kemewahan “murah” ini bukannya tanpa risiko. Meskipun harga belinya sangat rendah, biaya peremajaan kaki-kaki dan komponen elektrikal pada mobil berusia hampir dua dekade ini menuntut kesiapan dana cadangan. Bagi yang ingin bermain lebih aman di rentang harga yang sama, opsi seperti Toyota Vios generasi pertama atau Honda City tahun 2005 menawarkan kompromi terbaik antara kenyamanan sedan dengan efisiensi bahan bakar dan biaya perawatan yang jauh lebih bersahabat dibandingkan rekan-rekan premiumnya.

Di sisi lain spektrum, bagi konsumen yang memiliki anggaran sekitar Rp 300 jutaan dan enggan berjudi dengan kesehatan mobil tua, pilihannya bergeser ke sedan kompak tahun muda yang kaya fitur. Opsi ini mungkin tidak memberikan “status pejabat” seperti Camry lawas, namun menawarkan ketenangan pikiran dan teknologi terkini. All New Honda City menjadi kandidat kuat di kelas ini, menawarkan fitur keselamatan canggih seperti Honda Sensing dan kenyamanan Remote Engine Start yang tidak dimiliki sedan tua. Pesaingnya, Mazda 2 Sedan, hadir untuk mereka yang mengutamakan kualitas interior premium dan fitur hiburan modern seperti integrasi smartphone yang mulus, menjadikannya pilihan tepat bagi eksekutif muda yang menyetir sendiri.
Pertarungan antara sedan tua seharga Rp 60 juta dan sedan muda seharga Rp 300 juta ini pada akhirnya bukan sekadar masalah uang, melainkan mentalitas. Membeli sedan mewah lawas berarti membeli sejarah dan kenyamanan suspensi kelas atas dengan risiko perawatan tinggi, sementara membeli sedan modern seharga Rp 300 juta adalah investasi pada teknologi keselamatan aktif dan efisiensi, meskipun harus mengorbankan sedikit “wibawa” jalanan yang dimiliki oleh sedan-sedan besar masa lalu. Pasar kini menyerahkan keputusan sepenuhnya pada seberapa besar nyali dan isi dompet Anda untuk merawat sebuah citra kemewahan.







