Setelah satu dekade sejak upaya pertamanya yang kurang berhasil, Valve dilaporkan siap kembali mengguncang ruang tamu para gamer dengan iterasi terbaru dari Steam Machine. Berdasarkan serangkaian laporan terbaru yang mencuat pada November 2025, perangkat ini dijadwalkan untuk meluncur pada awal tahun 2026. Namun, berbeda dengan strategi produsen konsol tradisional seperti Sony atau Microsoft, Valve mengambil jalur yang jauh lebih berani dan berpotensi memecah belah pasar, terutama terkait filosofi penetapan harganya yang menolak tunduk pada standar industri konsol.
Informasi paling krusial yang muncul dari investigasi ini adalah konfirmasi bahwa Steam Machine terbaru akan dihargai layaknya sebuah PC, bukan konsol. Dalam industri game, sudah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan seperti Sony menjual PlayStation 5 dengan harga yang disubsidi (seringkali merugi di awal penjualan perangkat keras) untuk kemudian meraup keuntungan dari penjualan perangkat lunak dan layanan berlangganan jangka panjang. Valve secara tegas menolak model bisnis ini untuk mesin barunya. Mereka menegaskan bahwa tidak akan ada subsidi silang dari penjualan game untuk menutupi biaya produksi perangkat keras.
Implikasi dari keputusan ini sangat signifikan bagi dompet konsumen di Indonesia. Jika sebuah konsol high-end saat ini bisa didapatkan di kisaran harga yang relatif terjangkau karena subsidi tersebut, Steam Machine diprediksi akan memiliki banderol harga murni sesuai komponen yang digunakannya. Analisis pasar memperkirakan perangkat ini bisa menyentuh angka 15,9 juta Rupiah (1.000 Dolar AS) untuk varian spesifikasi tinggi, atau setidaknya 9,5 juta Rupiah (600 Dolar AS) untuk varian terendah, mengacu pada kurs terkini. Angka ini jelas menempatkannya di liga yang berbeda dibandingkan konsol rumahan pada umumnya, mempertegas posisinya sebagai PC form factor kecil dan bukan sekadar konsol game biasa.
Dari sisi spesifikasi teknis, langkah Valve ini didukung oleh lompatan performa yang masif. Laporan menyebutkan bahwa mesin ini akan memiliki tenaga lebih dari enam kali lipat dibandingkan Steam Deck. Menggunakan arsitektur semi-custom dari AMD yang menggabungkan prosesor Zen 4 dan grafis RDNA 3, Steam Machine baru ini dirancang untuk menangani resolusi 4K dengan lancar. Ini adalah upaya Valve untuk menghapus memori buruk peluncuran Steam Machine orisinal pada tahun 2013 yang terkendala oleh ekosistem Linux yang belum matang dan kebingungan konsumen terhadap variasi perangkat keras dari pihak ketiga.
Keberanian Valve kali ini berakar pada kesuksesan fenomenal Steam Deck yang berhasil membuktikan bahwa sistem operasi berbasis Linux, SteamOS, kini sudah matang dan kompatibel dengan ribuan judul game populer. BBC mencatat bahwa langkah ini adalah pertaruhan strategis untuk menarik demografi gamer PC yang menginginkan kenyamanan bermain di sofa tanpa harus merakit komputer sendiri, namun tetap menginginkan kebebasan platform terbuka yang tidak dimiliki oleh ekosistem tertutup seperti PlayStation atau Xbox.
Pada akhirnya, Steam Machine 2026 bukanlah upaya Valve untuk memenangkan perang harga melawan konsol. Ini adalah pernyataan tegas bahwa mereka menjual sebuah komputer high-end dalam kemasan ringkas. Bagi konsumen, ini berarti Anda membayar harga premium untuk sebuah kebebasan sistem terbuka, di mana Anda tidak terkunci pada satu toko aplikasi saja dan bisa melakukan upgrade atau modifikasi sistem sesuka hati, sebuah kemewahan yang tidak akan pernah didapatkan di pasar konsol tradisional.
