Gelombang Pembatalan Wisata China ke Jepang Menguji Ketahanan Diplomasi Asia Timur

by -11 Views
china-cancel-semua-penerbangan-ke-jepang

Dalam hitungan beberapa hari, ratusan ribu warga Tiongkok membatalkan perjalanan ke Jepang setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tentang Taiwan memicu kemarahan Beijing. Lonjakan pembatalan ini bukan sekadar soal tiket pesawat hangus, tetapi menjadi gambaran rapuhnya hubungan dua kekuatan terbesar di Asia Timur.

Data dari industri penerbangan menunjukkan sekitar 491.000 tiket penerbangan China Jepang dibatalkan, setara kurang lebih 32 persen dari total pemesanan maskapai Tiongkok ke Jepang dalam periode pertengahan November. Angka tersebut sejalan dengan estimasi analis penerbangan yang menyebut sekitar 500.000 tiket dibatalkan dalam rentang 15 sampai 17 November, setelah Beijing mengeluarkan peringatan perjalanan kepada warganya.

Peringatan itu datang menyusul komentar Takaichi yang menyatakan bahwa serangan Tiongkok terhadap Taiwan dapat digolongkan sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang dan berpotensi memicu respons militer Tokyo. Reaksi Beijing berlangsung cepat. Selain kecaman resmi, seorang konsul jenderal Tiongkok di Osaka sempat membagikan artikel bernada sangat tajam terhadap Takaichi di media sosial sebelum unggahan tersebut dihapus, menambah panas suasana.

Kedutaan Besar Tiongkok di Jepang kemudian menerbitkan peringatan keselamatan yang menuding adanya peningkatan kejahatan terhadap warga Tiongkok di Jepang dan menyebut kondisi keamanan mereka terus memburuk. Di sisi lain, data Kepolisian Nasional Jepang yang dikutip media setempat justru menunjukkan tren penurunan kejahatan kekerasan terhadap warga Tiongkok, memperlihatkan perbedaan tajam antara narasi resmi Beijing dan statistik di lapangan.

Di sektor komersial, peringatan itu segera diikuti langkah konkret. Sedikitnya tujuh maskapai Tiongkok, termasuk maskapai besar milik negara, menawarkan pembatalan gratis dan opsi penjadwalan ulang yang lebih longgar bagi penumpang tujuan Jepang. Maskapai seperti Sichuan Airlines membatalkan seluruh rute tertentu ke Jepang selama beberapa bulan, sementara operator tur milik negara membatalkan paket tur grup untuk Desember dan menghentikan pemasaran perjalanan ke Jepang untuk sementara.

Dampaknya meluas ke ranah lain. Sejumlah agen perjalanan di Tiongkok menghentikan pengurusan visa individu ke Jepang. Beberapa kegiatan pertukaran budaya tingkat lokal antara kedua negara dibatalkan, dan publikasi survei opini tahunan Jepang Tiongkok yang biasanya menjadi barometer persepsi publik juga ditarik atas permintaan mitra Tiongkok, dengan alasan hasilnya tidak lagi mencerminkan situasi terbaru.

Secara ekonomi, pukulan paling telak justru dirasakan di Jepang. Tiongkok adalah sumber wisatawan terbesar kedua bagi Jepang dan menyumbang porsi besar mahasiswa asing di kampus kampus Jepang. Saham perusahaan ritel dan wisata Jepang melemah setelah kabar pembatalan mencuat, mencerminkan kekhawatiran pasar bahwa arus wisatawan dan belanja turis Tiongkok akan menyusut tajam. Seorang analis penerbangan menilai gelombang pembatalan kali ini adalah yang terbesar sejak awal pandemi Covid 19, sekaligus menegaskan betapa sensitifnya jalur udara Jepang Tiongkok terhadap gejolak politik.

Beijing juga menghidupkan kembali senjata ekonomi lain berupa larangan impor produk seafood Jepang, hanya beberapa minggu setelah embargo sebelumnya dilonggarkan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menegaskan bahwa komentar Takaichi telah merusak hubungan bilateral dan memperingatkan bahwa produk perikanan Jepang sekalipun diekspor ke Tiongkok akan sulit menemukan pasar.

Pemerintah Jepang, yang menghadapi tekanan dari kalangan bisnis, merespons dengan mengirim diplomat senior ke Beijing untuk meredakan ketegangan. Namun selama pernyataan politik mengenai Taiwan tetap keras di kedua sisi, kemunduran hubungan masyarakat antarnegara terlihat nyata: tiket dibatalkan, tur dibubarkan, film Jepang ditunda penayangannya di Tiongkok, dan ruang dialog publik menyempit. Krisis ini menjadi pengingat bahwa satu kalimat dari pemimpin politik dapat berubah menjadi guncangan nyata bagi pelaku usaha, pekerja pariwisata, dan ribuan warga biasa yang semula hanya ingin berlibur.

author avatar
kuningmedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.