Industri otomotif Indonesia sedang mengalami guncangan besar akibat gelombang masuknya pabrikan kendaraan asal Tiongkok yang semakin agresif. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah strategi ekspansi terukur yang mengubah peta persaingan pasar kendaraan roda empat di tanah air. Setelah publik diperkenalkan dengan nama-nama baru seperti Zeekr, Aletra, dan Jetour yang siap unjuk gigi pada ajang GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) 2025, kini giliran raksasa otomotif Changan Automobile yang secara resmi menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia.
Langkah strategis Changan masuk ke pasar domestik tidak dilakukan sendirian, melainkan melalui kemitraan strategis dengan pemain lama yang sangat berpengalaman, yakni Indomobil Group. Kerja sama ini menandai babak baru “perang wilayah” atau turf war di segmen kendaraan listrik yang semakin padat. Changan tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi membawa misi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan setir kanan ke pasar global. Keseriusan ini dibuktikan dengan penandatanganan kesepakatan distribusi yang menempatkan Indonesia sebagai prioritas utama dalam peta ekspansi mereka di Asia Tenggara.


Dalam debut perdananya, Changan langsung menyasar dua segmen pasar yang sangat berbeda namun potensial melalui dua model andalan mereka, yakni Deepal S07 dan Lumin. Deepal S07 diposisikan untuk bertarung di segmen SUV listrik premium yang menawarkan teknologi canggih dan kenyamanan setara kendaraan Eropa, sementara Lumin hadir sebagai penantang serius di kelas mobil listrik kompak atau city car dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Kehadiran kedua model ini di pameran GJAW 2025 diprediksi akan memaksa para pesaing, terutama pabrikan Jepang yang selama ini mendominasi, untuk meninjau ulang strategi harga dan fitur produk mereka.
Persaingan harga memang menjadi senjata utama pabrikan Tiongkok dalam merebut hati konsumen Indonesia. Data menunjukkan bahwa nilai ekspor otomotif dari Tiongkok ke Indonesia telah melonjak drastis dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai gambaran skala ekonomi yang terjadi, nilai pengiriman otomotif dari Tiongkok ke Indonesia tercatat mencapai 3,2 miliar Dolar AS, atau setara dengan sekitar Rp 53,55 triliun (mengacu pada kurs Rp 16.735 per Dolar AS). Angka fantastis ini mencerminkan besarnya arus modal dan produk yang membanjiri pasar nasional, memberikan tekanan luar biasa bagi industri lokal untuk beradaptasi atau tergerus oleh kompetisi.
Manuver Changan dan rekan senegaranya ini juga didukung oleh insentif pemerintah Indonesia yang memberikan kelonggaran pajak bagi mobil listrik impor (CBU) dengan syarat komitmen produksi lokal di masa depan. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Changan yang telah menyatakan komitmennya untuk melakukan perakitan lokal atau Completely Knocked Down (CKD) di masa mendatang. Dengan strategi In Indonesia, For Indonesia, mereka berupaya membangun kepercayaan publik bahwa mereka hadir bukan hanya sebagai pedagang, melainkan sebagai investor yang berkontribusi pada ekosistem kendaraan listrik nasional.
Kehadiran Changan bersama merek-merek Tiongkok lainnya seperti BYD, Chery, dan Wuling menciptakan lanskap kompetisi yang sangat ketat namun menguntungkan bagi konsumen. Masyarakat kini disuguhkan dengan beragam pilihan kendaraan berteknologi tinggi dengan harga yang semakin kompetitif. Bagi industri otomotif nasional, ini adalah sinyal peringatan bahwa era dominasi tunggal telah berakhir, dan masa depan pasar akan ditentukan oleh siapa yang mampu memberikan inovasi terbaik dengan harga yang paling masuk akal.








